139. Kisah Kue Bulan - dalam berbagai versi



Masyarakat Cina menyantap dan membagikan kue ini sebagai tanda syukur terhadap rezeki yang mereka terima sepanjang tahun ini. Dibalik rasa dan penampilannya yang manis, kue ini ternyata menyimpan cerita yang menarik. Versinya pun banyak sekali, hampir semuanya mengandung nilai filsafat yang tinggi.

  • ** Versi Raja Ho Le **

Raja Ho Le adalah seorang raja yang tamak dan senang memperkaya diri sendiri. Rakyatnya sangat menderita, apalagi saat sang raja memerintahkan tabib istana agar membuatkan dia obat untuk memperpanjang umur. Ratu Jango sang permaisuri tidak setuju dengan permintaan sang suami, maka dicurilah ramuan obat tersebut kemudian diminumnya.


Beberapa saat setelah meminum ramuan tersebut, ratu Jango menghilang dan muncul dalam mimpi seorang suhu. Lewat mimpi tersebut sang ratu mengatakan bahwa dirinya sekarang telah bersemayam di bulan dan menyebut dirinya Dewi Bulan.


Sejak saat itu setiap tahun menurut kalendar Cina, masyarakat Cina selalu memperingati perjuangan ratu Jango dalam menyelamatkan masyarakat dari ketamakan Raja Ho Le.

  • ** Versi perjuangan prajurit Cina **

Kue bulan bermula ketika cina dibawah penjajahan Mongolia. Pada akhir rezim mereka, pemerintahan sangatlah buruk. Raja hidup berhura-hura, padahal rakyat mereka penuh penderitaan. Saat keadaan ekonomi negara kacau, ada beberapa aktivis menyerukan revolusi.


Sebuah revolusi direncanakan. Namun karena pengawasan yang ketat dari pemerintahan mongolia, pesan dan surat dari para pemberontak tidak mungkin disebarkan. Akhirnya seorang aktivis bernama Chu Yuen-chang, dan deputi seniornya, Liu Po-wen memperkenalkan sejenis makanan yang disebut “kue bulan”. Ia mengatakan dengan memakan kue bulan saat festival terang bulan (Chung Chiu festival) akan menjaga mereka dari penyakit dan segera terbebas dari krisis.


Liu berpakaian sebagai pendeta Tao membawa dan membagikan kue bulan penduduk-penduduk kota. Saat Chung Chiu festival tiba, rakyat membuka kue bulan dan mereka menemukan secarik kertas dalam kue, “habisi orang-orang tartar tanggal 15 pada bulan ke delapan”. Sebagai hasilnya semua rakyat bangkit berevolusi melawan pemerintahan Mongolia dan mereka berhasil !!!


Sejak saat itu kue bulan menjadi salah satu makanan tradisional saat terang bulan.

  • ** Versi Hou Yi dan Chang-E **

Pada zaman dahulu kala, dilangit terdapat 10 matahari menghangatkan langit. Selama musim panas, Kesepuluh matahari bersinar sangat terik, yang mengakibatkan kekeringan dimana-mana. Pohon-pohon pada mati. Kehidupan menjadi sangat sulit untuk kaisar dan rakyatnya.


Sang Kaisar kemudian memanggil pemanah terkenal yang dapat memanah sangat jauh dengan ketepatan tinggi. Kaisar memerintahkan Hou Yi untuk memanah sembilan dari sepuluh matahari dari langit. Dengan menggunakan kesembilan panah saktinya, pemanah ini berhasil memanah kesembilan matahari dan musim panas menjadi normal kembali. Rakyat menjadi sejahtera kembali.


Kaisar menghadiahkan Hou Yi dengan uang dan perhiasan yang banyak. Hou Yi mengambil uang tersebut untuk menikahi wanita yang sangat ia cintai, Chang Oh. Pernikahan ini sangat meriah dan keluarga dari Hou Yi dan Chang Oh sangat bahagia.


Kemudian Kaisar memanggil kembali Hou Yi untuk membangun sebuah istana baru. Hou Yi bukan saja seorang pemanah terhebat, ia juga arsitek terbaik kaisar. Istana yang paling indah dan besar dibangun, didekorasi penuh emas permata dan diisi dengan sutra dan kerajinan tangan yang sangat indah. Kaisar sangat kagum dengan Kehebatan Hou Yi.


Kali ini, Kaisar memilih untuk tidak menghadiahkan Hou Yi emas permata, melainkan ia menghadiahkan Hou Yi botol kecil yang berisi elixir keabadian. Kaisar memperingatkan Hou Yi agar berhati-hati untuk tidak meminum keseluruhan isi botol, melainkan dibagi bersama istrinya Chang Oh.


Hou Yi berlari segera kerumah untuk membagi hadiahnya bersama Chang Oh. Chang Oh begitu gembira, dan langsung meminum keseluruh isi elixir keabadian. Setelah menelan elixir tersebut, kepalanya berputar dengan cepat dan ia pun terjatuh. Tiba-tiba badannya menjadi sangat ringan dan ia mulai melayang kelangit! ia pun menjadi sangat frustasi dan berpegangan terhadap apa saja yang ia dapat raih, kursi, tumbuhan, bahkan suaminya yang dapat mencegahnya melayang. Terakhir ia memegang kandang kelinci yang berisi kelinci putihnya. Hou Yi berteriak dengan putus asa melihat istrinya yang cantik Chang Oh melayang kebulan.


Chang Oh terjebak dibulan untuk hidup selamanya tanpa suaminya, ia hanya ditemani kelinci putihnya. Hanya satu keajaiban muncul yaitu jembatan bulan muncul malam hari, setahun sekali, saat bulan kedelapan lunar kalender, yaitu sekitar bulan September dan Oktober. Jembatan itu menghubungkan Bulan dan Bumi. Selama malam itu Chang Oh dan Hou Yi kembali bersama untuk waktu yang singkat akan kebahagiaan. (This history
is came from Colette Chooey)

  • ** Sebagai lambang kerja keras **

Biasanya dirayakan oleh keluarga petani pada pertengahan musim gugur. Selain sebagai perayaan yang melambangkan hasil akhir dari kerja keras selama setahun di ladang, perayaan ini juga bertepatan dengan hari ulang tahun Dewa Bumi. Para keluarga petani menunjukkan rasa terima kasih mereka pada Dewa Bumi dan Tuhan yang dilambangkan dengan bulan.

  • ** Versi petani **



Pada zaman dahulu ada seorang petani miskin dan jelek, tapi hatinya baik dan mau bekerja keras. karena petani itu orangnya miskin dan jelek, maka tidak ada cewek yang mau menikah dengannya. karena dia hidup sendiri, maka tiap pagi dia masak makanannya sendiri saja sebelum berangkat ke sawah.


Ternyata seorang Dewi di bulan jatuh hati oleh kebaikan hatinya dan usahanya mau bekerja keras. Akhirnya sang Dewi turun ke bumi membantu petani tersebut. Saat malam tiba, sang Dewi diam-diam memasak makanan bagi petani itu ketika dia masih tertidur pulas. Sebelum pagi hari, sang Dewi kembali ke bulan untuk menjalani hidup seperti biasa sebagai Dewi Bulan.


Pada hari pertama, petani itu kaget: “siapa yang nyiapin makanan ini?”.


Pada malam itu, sekali lagi sang Dewi kembali turun ke bumi dan diam-diam memasak makanan bagi petani itu ketika dia masih tertidur pulas.  Pada hari kedua, petani itu kembali penasaran dan bertanya dalam hati : “siapa yang menyiapkan makanan ini?”.


Pada suatu malam, petani yang penasaran bertekad tidak mau tidur tapi bersembunyi di kamarnya. Dia ingin tau siapa yang memasak makanan untuknya, sehingga pagi-pagi ketika dia bangun, semuanya udah tersedia.


Dan seperti biasa, sekali lagi sang Dewi kembali turun ke bumi dan diam-diam memasak makanan bagi petani itu. Tiba-tiba petani itu menampakkan diri. Spontan sang Dewi pun terkejut, tapi apa mau dikata karena keberadaan sang Dewi sudah diketahui oleh petani itu. Mereka pun berkenalan, berhubungan dekat, dan menikah. Mereka hidup bahagia dan akhirnya memiliki anak dan berbahagia.


Tapi suatu saat, Ratu bulan yang tidak lain adalah orang tua sang Dewi menyuruhnya untuk kembali ke bulan. Karena diperintah oleh penguasa bulan, sang Dewi tidak bisa mengelak lagi. Dengan berat hati, dia pun meninggalkan petani itu untuk kembali ke bulan dan hidup disana sebagai seorang Dewi bulan.


Sebelum pergi, dia berjanji untuk kembali ke bumi demi petani itu. Sekian lama petani itu menunggu sang Dewi untuk kembali, tapi sang Dewi tidak pernah kembali sampe akhirnya petani itu meninggal dunia karena usianya yang sudah tua.


Entah kenapa disaat petani itu meninggal, sang Dewi punya insting bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi. Dia pun berusaha kembali turun ke bumi dan menjadi manusia biasa. Namun apa mau dikata, setibanya di bumi, sang dewi menemukan petani itu udah meninggal.


Dalam kesedihan yang mendalam, sang Dewi berjalan-jalan di hutan, gunung, dan danau tanpa tujuan. Dalam masa yang menyedihkan itu, seekor kelinci datang kepadanya dan menghiburnya. kelinci itu pun dijadikan peliharaannya selama masa penggembaraan di bumi.


Suatu ketika, setelah lama berpisah dengan anaknya, Ratu bulan yang sudah rindu akan anaknya langsung menyuruh sang dewi pun untuk kembali ke bulan dan hidup disana sebagai seorang Dewi bulan.


Bersama kelincinya, dia akhirnya kembali ke bulan dan kembali hidup abadi dalam kesedihan yang mendalam. Sebagai teman satu-satunya dari sang Dewi, kelincinya selalu menumbuk lumbung untuk membuat kue supaya sang Dewi bisa kembali bahagia. Meskipun sudah sering makan kue yang dibuat oleh kelincinya, sang Dewi terus berada dalam kesedihan, sehingga kelincinya selalu membuat kue yang tidak akan pernah habis sampai kapanpun.


  • sumber : http://hujansaatsenja.wordpress.com/2010/01/19/legenda-kue-bulan-moon-cake/